Rabu, 27 Agustus 2014

Ancaman Gizi Buruk Pada Balita Di Indonesia

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Sosiologi Kesehatan
          “Ancaman Gizi Buruk Pada Balita Di Indonesia”

Disusun Oleh:
ILHAM                (F1A011048)

 KEMENTRIAN  PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
                                               PURWOKERTO
2013

BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi dewasa ini sangat pesat. Walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi gizi berkembang pesat tetapi masalah gizi yang muncul dewasa ini sangat kompleks. Salah satu masalah gizi tersebut adalah status gizi masyarakat. Kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum mendapat solusi riil dari pemerintah. Walaupun berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk mencegah bertambahnya jumlah kasus gizi buruk , namun masalah gizi buruk belum juga dapat diatasi. Tingginya angka kematian balita di Indonesia dapat dijadikan salah satu indikator yang menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia yang masih buruk.
Badan Pusat Statistik memperkirakan, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 234,2 juta atau naik dibanding jumlah penduduk 2000 yang mencapai 205,1 juta jiwa. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Meski demikian, Menteri Kesehatan mengungkapkan bahwa angka prevalensi gizi kurang pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun 2010.
Fenomena gizi buruk yang terjadi di Indonesia ibarat sebuah gunung es yang terjadi melalui proses panjang dan sampai sekarang masih menjadi permasalahan yang sangat serius bagi bangsa Indonesia. Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat diakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Mencuatnya kasus-kasus gizi buruk juga sangat berkaitan erat dengan faktor budaya yang ada di masyarakat kita.  Selama ini masih banyak budaya di masyarakat kita yang kurang mendukung kesadaran tentang pentingnya gizi anak.  Meskipun masalah gizi buruk yang terjadi dalam masyarakat di Indonesia sering dikaitkan dengan masalah kekurangan pangan tetapi pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan social dan krisis ekonomi) maka masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Melihat hal tersebut, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan  kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup dan makanan yang layak untuk dikonsumsi. Dalam konteks seperti itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan dan masalah kesempatan kerja. Oleh karena itu, pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor tang terkait. 

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, ada beberapa permasalahan yang harus kita ketahui yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah kaitan masalah gizi dengan penjamu, agens dan lingkungan?
2.      Bagaimanakah hubungan faktor ekologi dengan masalah gizi ?
3.      Bagaimanakah solusi mengatasi masalah gizi buruk ditinjau dari segi sosial kultural?



  
BAB II
Pembahasan
A.    Kaitan Masalah gizi Dengan Penjamu, Agens dan Lingkungan
Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor baik dari sumber penyakit (agens), penjamu (host) dan lingkungan (environment). Hal itu disebut juga dengan istilah penyebab majemuk dari masalah gizi dalam masyarakat. beberapa contoh mengenai sumber penyakit (agens), penjamu (host) dan lingkungan (environment) akan diuraikan di bawah ini.
A.1 Sumber Penyakit (Agens)
Faktor sumber penyakit dibagi menjadi delapan unsur, yaitu unsur gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faktor fisiologis, genetik, psikis, tenaga dan kekuatan fisik serta biologi/parasit. Faktor tersebut menjadi sumber utama dalam mempengaruhi kondisi gizi individu maupun kelompok dalam masyarakat.
A.2 Penjamu (Host)
Faktor-faktor penjamu yang mempengaruhi kondisi manusia hingga menimbulkan penyakit terdiri atas faktor genetis, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, fisiologis, imunologik dan kebiasaan seseorang. Faktor-faktor tersebut yang cukup berpengaruh kuat dalam negara berkembang adalah kebiasaan buruk, seperti membuang sampah dan kotoran tidak pada tempatnya, cara penyimpanan makanan yang kurang baik dan kondisi tempat tinggal yang kurang mendapat perhatian dari penghuninya.
A.3 Lingkungan (Environment)
Faktor lingkungan dapat dibagi dalam tiga unsur utama, yaitu :
1.      Lingkungan fisik, seperti cuaca atau iklim, tanah dan air.
2.      Lingkungan biologis, seperti kepadatan penduduk, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
3.      Lingkungan sosial-ekonomi :
a.       Pekerjaan
b.      Urbanisasi
c.       Perkembangan ekonomi
d.      Bencana alam.
Ketiga faktor diatas dapat diperjelas dengan melihat bagan di bawah ini :
Bagan 1. Faktor Penyebab Kurang Gizi

Gizi kurang
                                                                                                                            

Asupan makanan

Penyakit infeksi
 


            Penyebab langsung

Persediaan makanan di rumah

Pengawasan anak dan Ibu hamil

Pelayanan kesehatan
 


    Penyebab tidak langsung

Kemiskinan, Kurang Pendidikan, Kurang ketrampilan
 



                                                                                                                     Pokok masalah
 




Krisis ekonomi langsung
                                                                                                                                   
                                                                                                                       Akar masalah

Sumber: Persagi, 1999. Visi dan Misi Gizi Dalam Mencapai Indonesia Sehat Tahun 2010, Jakarta.
B.     Hubungan Faktor Ekologi Dengan Permasalahan Gizi
Berbicara mengenai permasalahan kesehatan masyarakat khususnya dalam masalah gizi memang banyak kaitannya dengan faktor lain. Faktor ekologi yang berhubungan dengan malnutrisi yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya dan sosial ekonomi.
B.1 Keadaan Infeksi
Hubungan infeksi dengan malnutrisi merupakan hubungan sinergis yang artinya infeksi dapat mempengaruhi terjadinya malnutrisi dan sebaliknya malnutrisi akan mempengaruhi seseorang mudah terkena penyakit infeksi. Hal itu dapat terjadi secara sindiri-sendiri maupun bersamaan yang berakibat kurangnya nafsu makan karena ada parasit yang terdapat dalam tubuh.
      B.2 Konsumsi makanan
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi atau gizi buruk.
B.3 Pengaruh Budaya
Pengaruh budaya dalam hal ini adalah sikap masyarakat terhadap makanan, kelahiran anak dan produksi makanan. Dalam hal sikap terhadap makanan masih banyak terdapat asumsi masarakat yang menganggap beberapa jenis makanan adalah sebagai pantangan. Dalam hal kelahiran anak yang terlalu dekat jaraknya menyebabkan asumsi gizi yang seharusnya cukup menjadi kurang. Dalam hal produksi makanan dalam masyarakat yang masih menggunakan alat-alat tradisional menyebabkan rendahnya produksi. Sehingga, tidak dapat memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat.         
B.4 Sosial Ekonomi
Faktor social ekonomi dalam mempengaruhi kesehatan masyarakat dapat kita lihat secara jelas. Misalnya dalam hal kasus gizi buruk di Indonesia yang kebanyakan mereka berasal dari status ekonomi yang rendah. Sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam keluarganya yang imbasnya anak-anak mereka terkena gizi buruk.
C.    Solusi Mengatasi Gizi Buruk
Langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi buruk tidak hanya lewat medis aja karena banyak faktor yang menyebabkan kasus ini terjadi. Solusi yang dapat kita lakukan antara lain :
1.      Melakukan pembangunan pengetahuan dan kesadaran akan gizi dan kesehatan di kalangan kaum Ibu.
2.      Keseriusan dari pemerintah, masyarakat, para pelaku bisnis (pengusaha) dan berbagai lembaga kesehatan yang ada di negeri ini untuk dapat bekerja sama dan menjalankan perannya dengan sebaik mungkin.
3.      Menggalakkan program posyandu guna memberikan penyuluhan kesehatan terhadap kaum ibu agar lebih cermat dan hati-hati lagi dalam mengasuh dan membesarkan anak-anaknya.


  

BAB III
Penutup
Kesimpulan
Gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Gizi diperlukan untuk membentuk manusia menjadi sehat, cerdas, kuat, dan tangguh. Dalam hal ini pemenuhan terhadap gizi yang baik harus tetap menjadi mind-stream pembangunan nasional. Keadaan gizi masyarakat yang buruk akan menghambat tercapainya tujuan pembangunan. Kasus gizi buruk yang dialami balita di Indonesia sangat berkaitan dengan masalah kemiskinan. Kemiskinan bukanlah satu-satunya penyebab merebaknya kasus gizi buruk, namun masih banyak faktor lain yang menjadi pemicu, di antaranya tingkat pendidikan yang rendah, dan persoalan budaya. Apabila penanganan masalah ini tidak serius, di republik  ini dikhawatirkan terjadi generasi yang hilang (lost generation). Melihat kenyataan yang cukup memprihatinkan tersebut perlu kiranya pemerintah menggalakkan kampanye ’’Keluarga Sadar Gizi’’. Untuk keperluan tersebut, kaum perempuan (ibu) memiliki peran yang sangat strategis.
Mencuatnya kasus-kasus gizi buruk juga sangat berkaitan erat dengan faktor budaya yang ada di masyarakat kita.  Selama ini masih banyak budaya di masyarakat kita yang kurang mendukung kesadaran tentang pentingnya gizi anak.  Oleh karena itu, sudah saatnya  budaya yang menyimpang harus kita ubah dan meluruskan pandangan masyarakat selama ini apabila kita semua tidak ingin kehilangan generasi penerus bangsa yang mungkin benar-benar menjadi sebuah kenyataan di kemudian hari.





DAFTAR PUSTAKA

Dewa Nyoman Supariasa, I dkk. Penilaian Status Gizi, kedokteran EGC, Jakarta.
Persagi. 1999, Visi dan Misi Gizi Dalam Mencapai Indonesia Sehat Tahun 2010, Jakarta.
Sri Indriyani,  “Gizi Buruk dan Pola Asuh Anak”, http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/09/24/237848/Gizi-Buruk-dan-Pola-Asuh-Anak-, diakses pada 27 September 2013.

Villa Jumi, “Gizi Buruk Di Negara Kesatuan Republik Indonesia (Selamat Hari Gizi Indonesiaku)” http://jumielvia.wordpress.com/2013/01/25/gizi-buruk-di-negara-kesatuan-republik-indonesia-selamat-hari-gizi-indonesiaku/, diakses pada 28 September 2013.

Zanuar, “Mengatasi Masalah Gizi Buruk”, http://forum.upi.edu/index.php?topic=14232.0, diakses pada 28 September 2013.

Sumber Lain :


 

Blogger news

Blogroll

About