Tugas
Terstruktur Mata Kuliah Sosiologi Kesehatan
“Ancaman
Gizi Buruk Pada Balita Di Indonesia”
Disusun Oleh:
ILHAM (F1A011048)
KEMENTRIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PURWOKERTO
2013
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi
dewasa ini sangat pesat. Walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi gizi
berkembang pesat tetapi masalah gizi yang muncul dewasa ini sangat kompleks. Salah
satu masalah gizi tersebut adalah status gizi masyarakat. Kasus gizi buruk yang
terjadi di Indonesia sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum
mendapat solusi riil dari pemerintah. Walaupun berbagai upaya sudah dilakukan
pemerintah untuk mencegah bertambahnya jumlah kasus gizi buruk , namun masalah
gizi buruk belum juga dapat diatasi. Tingginya angka kematian balita di
Indonesia dapat dijadikan salah satu indikator yang menunjukan tingkat
kesejahteraan masyarakat di Indonesia yang masih buruk.
Badan Pusat Statistik memperkirakan, jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2010 mencapai 234,2 juta atau naik dibanding jumlah
penduduk 2000 yang mencapai 205,1 juta jiwa. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup di
bawah garis kemiskinan. Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen
dari 22 juta balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk.
Meski demikian, Menteri Kesehatan mengungkapkan bahwa angka prevalensi gizi
kurang pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9
persen pada tahun 2010.
Fenomena gizi buruk yang terjadi di Indonesia ibarat
sebuah gunung es yang terjadi melalui proses panjang dan sampai sekarang masih
menjadi permasalahan yang sangat serius bagi bangsa Indonesia. Gizi buruk adalah
keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Masalah
gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat diakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Mencuatnya kasus-kasus
gizi buruk juga sangat berkaitan erat dengan faktor budaya yang ada di
masyarakat kita. Selama ini masih banyak
budaya di masyarakat kita yang kurang mendukung kesadaran tentang pentingnya
gizi anak. Meskipun masalah gizi buruk
yang terjadi dalam masyarakat di Indonesia sering dikaitkan dengan masalah
kekurangan pangan tetapi pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi
dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu seperti dalam keadaan krisis (bencana
kekeringan, perang, kekacauan social dan krisis ekonomi) maka masalah gizi
muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga yaitu kemampuan
rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Melihat hal tersebut,
peningkatan status gizi masyarakat memerlukan
kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh
makanan yang cukup dan makanan yang layak untuk dikonsumsi. Dalam konteks
seperti itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga
masalah kemiskinan, pemerataan dan masalah kesempatan kerja. Oleh karena itu,
pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor tang
terkait.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, ada
beberapa permasalahan yang harus kita ketahui yaitu sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
kaitan masalah gizi dengan penjamu, agens dan lingkungan?
2.
Bagaimanakah
hubungan faktor ekologi dengan masalah gizi ?
3.
Bagaimanakah
solusi mengatasi masalah gizi buruk ditinjau dari segi sosial kultural?
BAB II
Pembahasan
A.
Kaitan Masalah gizi Dengan Penjamu, Agens dan
Lingkungan
Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya
berbagai faktor baik dari sumber penyakit (agens),
penjamu (host) dan lingkungan (environment). Hal itu disebut juga dengan
istilah penyebab majemuk dari masalah gizi dalam masyarakat. beberapa contoh
mengenai sumber penyakit (agens),
penjamu (host) dan lingkungan (environment) akan diuraikan di bawah
ini.
A.1 Sumber
Penyakit (Agens)
Faktor sumber penyakit dibagi menjadi delapan unsur,
yaitu unsur gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faktor fisiologis,
genetik, psikis, tenaga dan kekuatan fisik serta biologi/parasit. Faktor
tersebut menjadi sumber utama dalam mempengaruhi kondisi gizi individu maupun
kelompok dalam masyarakat.
A.2 Penjamu (Host)
Faktor-faktor penjamu yang mempengaruhi kondisi
manusia hingga menimbulkan penyakit terdiri atas faktor genetis, umur, jenis
kelamin, kelompok etnik, fisiologis, imunologik dan kebiasaan seseorang.
Faktor-faktor tersebut yang cukup berpengaruh kuat dalam negara berkembang
adalah kebiasaan buruk, seperti membuang sampah dan kotoran tidak pada
tempatnya, cara penyimpanan makanan yang kurang baik dan kondisi tempat tinggal
yang kurang mendapat perhatian dari penghuninya.
A.3 Lingkungan
(Environment)
Faktor lingkungan dapat dibagi dalam tiga unsur
utama, yaitu :
1.
Lingkungan
fisik, seperti cuaca atau iklim, tanah dan air.
2.
Lingkungan
biologis, seperti kepadatan penduduk, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
3.
Lingkungan
sosial-ekonomi :
a.
Pekerjaan
b.
Urbanisasi
c.
Perkembangan
ekonomi
d.
Bencana alam.
Ketiga faktor diatas dapat diperjelas
dengan melihat bagan di bawah ini :
Bagan
1. Faktor Penyebab Kurang Gizi
Gizi
kurang
|
Asupan
makanan
|
Penyakit
infeksi
|
Persediaan
makanan di rumah
|
Pengawasan
anak dan Ibu hamil
|
Pelayanan
kesehatan
|
Penyebab tidak langsung
Kemiskinan,
Kurang Pendidikan, Kurang ketrampilan
|
Pokok
masalah
Krisis
ekonomi langsung
|
Akar
masalah
Sumber:
Persagi, 1999. Visi dan Misi Gizi Dalam
Mencapai Indonesia Sehat Tahun 2010, Jakarta.
B.
Hubungan Faktor Ekologi Dengan Permasalahan Gizi
Berbicara mengenai
permasalahan kesehatan masyarakat khususnya dalam masalah gizi memang banyak
kaitannya dengan faktor lain. Faktor ekologi yang berhubungan dengan malnutrisi
yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya dan sosial ekonomi.
B.1 Keadaan Infeksi
Hubungan infeksi dengan
malnutrisi merupakan hubungan sinergis yang artinya infeksi dapat mempengaruhi
terjadinya malnutrisi dan sebaliknya malnutrisi akan mempengaruhi seseorang
mudah terkena penyakit infeksi. Hal itu dapat terjadi secara sindiri-sendiri
maupun bersamaan yang berakibat kurangnya nafsu makan karena ada parasit yang
terdapat dalam tubuh.
B.2 Konsumsi makanan
Pengukuran konsumsi
makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh
masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan
faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi atau gizi buruk.
B.3
Pengaruh Budaya
Pengaruh budaya dalam
hal ini adalah sikap masyarakat terhadap makanan, kelahiran anak dan produksi
makanan. Dalam hal sikap terhadap makanan masih banyak terdapat asumsi
masarakat yang menganggap beberapa jenis makanan adalah sebagai pantangan. Dalam
hal kelahiran anak yang terlalu dekat jaraknya menyebabkan asumsi gizi yang
seharusnya cukup menjadi kurang. Dalam hal produksi makanan dalam masyarakat
yang masih menggunakan alat-alat tradisional menyebabkan rendahnya produksi.
Sehingga, tidak dapat memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat.
B.4
Sosial Ekonomi
Faktor social ekonomi dalam
mempengaruhi kesehatan masyarakat dapat kita lihat secara jelas. Misalnya dalam
hal kasus gizi buruk di Indonesia yang kebanyakan mereka berasal dari status ekonomi
yang rendah. Sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam
keluarganya yang imbasnya anak-anak mereka terkena gizi buruk.
C.
Solusi Mengatasi Gizi Buruk
Langkah-langkah
untuk mengatasi masalah gizi buruk tidak hanya lewat medis aja karena banyak
faktor yang menyebabkan kasus ini terjadi. Solusi yang dapat kita lakukan
antara lain :
1.
Melakukan pembangunan
pengetahuan dan kesadaran akan gizi dan kesehatan di kalangan kaum Ibu.
2.
Keseriusan dari pemerintah,
masyarakat, para pelaku bisnis (pengusaha) dan berbagai lembaga kesehatan yang
ada di negeri ini untuk dapat bekerja sama dan menjalankan perannya dengan
sebaik mungkin.
3.
Menggalakkan
program posyandu guna memberikan penyuluhan kesehatan terhadap kaum ibu agar
lebih cermat dan hati-hati lagi dalam mengasuh dan membesarkan anak-anaknya.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas
sumber daya manusia suatu bangsa. Gizi diperlukan untuk membentuk manusia
menjadi sehat, cerdas, kuat, dan tangguh. Dalam hal ini pemenuhan terhadap gizi
yang baik harus tetap menjadi mind-stream
pembangunan nasional. Keadaan gizi masyarakat yang buruk akan menghambat
tercapainya tujuan pembangunan. Kasus gizi buruk yang dialami balita di
Indonesia sangat berkaitan dengan masalah kemiskinan. Kemiskinan bukanlah
satu-satunya penyebab merebaknya kasus gizi buruk, namun masih banyak faktor
lain yang menjadi pemicu, di antaranya tingkat pendidikan yang rendah, dan
persoalan budaya. Apabila penanganan masalah ini tidak serius, di republik ini dikhawatirkan terjadi generasi yang
hilang (lost generation). Melihat
kenyataan yang cukup memprihatinkan tersebut perlu kiranya pemerintah
menggalakkan kampanye ’’Keluarga Sadar Gizi’’. Untuk keperluan tersebut, kaum
perempuan (ibu) memiliki peran yang sangat strategis.
Mencuatnya kasus-kasus gizi buruk juga sangat
berkaitan erat dengan faktor budaya yang ada di masyarakat kita. Selama ini masih banyak budaya di masyarakat
kita yang kurang mendukung kesadaran tentang pentingnya gizi anak. Oleh karena itu, sudah saatnya budaya yang menyimpang harus kita ubah dan
meluruskan pandangan masyarakat selama ini apabila kita semua tidak ingin kehilangan
generasi penerus bangsa yang mungkin benar-benar menjadi sebuah kenyataan di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Dewa
Nyoman Supariasa, I dkk. Penilaian Status
Gizi, kedokteran EGC, Jakarta.
Persagi. 1999, Visi dan Misi Gizi Dalam Mencapai Indonesia
Sehat Tahun 2010, Jakarta.
Sri Indriyani, “Gizi Buruk dan Pola Asuh Anak”, http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/09/24/237848/Gizi-Buruk-dan-Pola-Asuh-Anak-, diakses pada 27 September 2013.
Villa Jumi, “Gizi Buruk Di Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Selamat Hari Gizi Indonesiaku)” http://jumielvia.wordpress.com/2013/01/25/gizi-buruk-di-negara-kesatuan-republik-indonesia-selamat-hari-gizi-indonesiaku/, diakses pada 28 September 2013.
Zanuar, “Mengatasi Masalah Gizi Buruk”, http://forum.upi.edu/index.php?topic=14232.0, diakses pada 28 September 2013.
Sumber
Lain :
http://web.dinkes-dki.go.id/dinkesdki/index.php?option=com_cicle&id=195:5-penjelasan-singkat-kasus-balita-gizi-buruk-&catid=61:kesehatan-keluarga&Itemid=150, diakses pada 27 September 2013.
http://www.beritasatu.com/kesehatan/26743-kasus-gizi-buruk-indonesia-masuk-lima-besar.html, diakses pada 28 September 2013.