TUGAS SOSIOLOGI AGAMA
“ANALISA FENOMENA MAGI”
Disusun Oleh:
ILHAM (F1A011048)
KEMENTRIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
PURWOKERTO
2013
Minggu, 31 Maret 2013 | 00:01:25 WITA | 736 HITS
Kiwil Dicurigai Gunakan Pelet demi Istri Ketiga
Kiwil Dicurigai Gunakan Pelet demi Istri Ketiga
Kiwil
PERNIKAHAN
Kiwil dengan wanita bernama Marlina terus mengundang kontroversi. Tak hanya
karena pernikahan itu merupakan yang ketiga buat Kiwil, tapi juga karena
pelawak tersebut dituding menggunakan pelet untuk menarik hati Marlina.
"Lina kenal Kiwil
enam bulan lalu. Sejak itu Lina berubah, agak pendiam, padahal dulunya orangnya
rame," kata Asya Parera, sepupu Marlina di Jakarta, Sabtu (30/3).
Asya juga mengaku tak
tahu bahwa Kiwil dan Marlina punya hubungan khusus. Meski demikian, kata Asya,
Marlina sempat bercerita atau bertanya tentang Kiwil.
"Gue juga enggak
tahu kalau akhirnya bakal begini (menikah, red). Mungkin dipelet kali ya karena
enggak mungkin temen gue cantik gitu milih Kiwil," ujarnya.
Asya menceritakan,
Kiwil dan Lina pertama kali bertemu dalam sebuah acara tujuh bulan lalu. Saat
itu Kiwil mengisi lawakan, sementara Lina -sapaan Marlina- sebagai penyanyi
pada acara yang sama.
"Nah satu bulan
dari situ Lina mulai berubah. Mungkin dari situ Dia ke Dukun Sukabumi
kali," kata Asya.
Sumber : http://www.fajar.co.id
Analisa
fenomena tersebut :
Melihat kasus-kasus yang terjadi
pada zaman sekarang memang memiliki makna yang sangat menarik apabila kita
pelajari dengan seksama. Seperti yang bisa kita amati, misalnya dalam
masyarakat sekarang yang cenderung dikatakan sebagai masyarakat yang “modern”
pun masih ada banyak fenomena-fenomena yang tidak mencerminkan masyarakat
modern itu sendiri. Misalnya pelet, santet, sihir, tenung dan lain sebagainya.
Hal tersebut menjadi menarik bagi kita semua untuk mencari tahu jawaban dari
adanya fenomena tersebut. Dengan kita merasa bahwa hal semacam itu merupakan
sesuatu yang tidak nampak dan tidak logis memang benar. Namun, apakah kita
dapat mendefinisikan fenomena tersebut? Apakah kita tahu asal mula fenomena
tersebut? Lalu, Apa motif seseorang melakukan kegiatan tersebut? Tentu saja
kita tidak akan tahu kalau kita cuma mengamini dan tanpa mempelajari kajian
yang membahas tentang fenomena-fenomena sosial yang ada dalam masyarakat yang
berkaitan dengan masalah agama.
Jika kita kaitkan kasus di atas yang
dialami oleh Kiwil. Maka, dapat kita ketahui bahwa seorang “artis” pun masih
percaya kepada hal-hal di luar nalar manusia. Memang dalam sebagian besar masyarakat
Indonesia memiliki keyakinan bahwa kasus seperti pelet, santet, sihir itu
memang ada dan sudah tidak asing lagi. Karena banyak kasus yang dianggap oleh
masyarakat dan penyebab utamanya berasal dari kegiatan-kegiatan tersebut. Banyak
orang yang mengagung-agungkan dukun santet dan dukun pelet. Sedangkan, mereka
melupakan ajaran agama yang melarang kepada penganut ajaran agama misalnya Agama
Islam melarang untuk berbuat jahat pada orang lain dengan cara apapun.
Semua perbuatan manusia pada
dasarnya didasarkan atas suatu kebutuhan yang harus mereka penuhi dengan
berbagai cara. Ada yang menggunakan cara yang salah dan ada juga yang
menggunakan cara yang benar. Semua tergantung pada individu masing-masing. Misalnya
mendatangkan pawang hujan untuk memindahkan hujan, meminta bantuan dukun untuk
mendapatkan cinta seseorang, meminta bantuan pada cincin agar tahan pukul,
meminta bantuan dukun untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan masih banyak
contoh lain yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Setelah mengetahui sedikit
penjelasan di atas, sudahkah kita dapat mendefinisikan fenomena apakah yang
sesungguhnya telah mengakar pada masyarakat sekarang ? Apa solusi yang kita
harus lakukan? Bagaimana teori sosiologi menjelaskan fenomena tersebu. Banyak
hal yang belum kita ketahui walaupun kita sudah mengamini dan mempercayai kalau
semua itu ada.
Apakah definisi yang sebenarnya
dari fenomena yang terjadi pada kasus di atas ?
Dalam
masyarakat sekarang masih sering memberdayakan hal-hal yang bersifat rasional
untuk mendapatkan sesuatu hal yang bersifat irrasional inilah jawaban dari
berbagai fenomena di atas yang disebut dengan istilah magi. Banyak orang yang
memakai cara yang tidak logis dalam mencapai tujuannya. Misalnya meminta
bantuan pada pawang hujan untuk memindahkan hujan. Magi dapat dibedakan
berdasarkan tujuan, ada yang digunakan untuk hal-hal kebaikan dan ada juga yang
digunakan untuk hal-hal kejahatan. Magi yang digunakan untuk hal-hal kebaikan
disebut dengan istilah white magic.
Misalnya seorang Kyai mengobati orang yang disantet orang lain. Sedangkan, yang
digunakan untuk hal-hal kejahatan disebut dengan istilah black magic. Misalnya, seorang meminta bantuan pada dukun untuk
menyantet orang lain, memelet orang lain, melakukan pesugihan di tempat-tempat
keramat dan sebagainya. Jadi, kasus di atas jelas merupakan fenomena magi.
Bagaimanakah asal mula dari magi ?
Magi
berasal dari perkataan Yunani “mageia” artinya perbuatan ajaib yang dilakukan
golongan imam dari para ahli magi itu. Dalam bahasa Indonesia ada banyak kata
untuk magi yaitu ilmu sihir, ilmu gaib, jampi dan sebagainya. Magi muncul
ketika keadaan alam tidak mengakodasi kebutuhan orang-orang primitif. Sehingga,
orang primitive berusaha berfikir untuk bisa memahami dunia dan merubahnya.
Magi
merupakan kepercayaan yang sudah lama dianut oleh manusia karena dianggap mampu
memberikan kemudahan atau pertolongan dalam mencapai tujuan seseorang. Tujuan
tersebut bisa berupa tujuan baik maupun tujuan jahat tergantung dari individu
itu sendiri. Tetapi, pada kenyataanya masyarakat mengartikan magi lebih
cenderung untuk hal-hal yang jahat. Padahal, belum tentu begitu. Karena banyak
hal positif yang dapat dilakukan dari magi.
Apa solusi yang harus kita lakukan
dari adanya kasus yang berkaitan dengan magi ?
Berbicara
tentang magi dalam melihat kasus-kasus sekarang memang sangat berkaitan.
Misalnya kasus yang lagi cetar membahana adalah kasus Eyang Subur, kasus Kiwil
dan banyak kasus lainnya. Menjelaskan kasus tersebut memang sesuatu yang
irrasional dan perlu pembuktian yang logis. Karena kasus diatas merupakan hal
yang “tidak logis”. Lalu, apakah kasus tersebut
bisa dikenai hukuman apa tidak?
Memang dalam menangani kasus-kasus seperti itu butuh
undang-undang khusus dari pemerintah. Rancangan undang-undang yang telah dibuat
pun mengalami pro dan kontra. Tetapi, saya sangat setuju jika ada suatu
undang-undang yang mengatur hal tersebut. Karena perbuatan seperti itu
merugikan orang lain.
Teori Sosiologi Dalam Memandang
Fenomena Magi
Dalam hal ini ada dua teori yang dapat memberi
penjelasan mengapa fenomena magi masih ada sampai era sekarang ini. Kedua teori
tersebut yaitu teori structural fungsional dan teori konflik. Seperti yang kita
ketahui bahwa menurut perspektif dari teori structural fungsional yang asumsi
dasarnya adalah memandang masyarakat sebagai sistem yang mencari keseimbangan.
Jadi, fenomena magi akan terus ada setiap kali seseorang tidak mampu mencari
jalan lain untuk mencapai “keseimbangan” dalam mengatasi masalah yang
menimpanya tanpa ada usaha yang lebih pasti dan kecenderungannya menggunakan
cara-cara yang irrasional untuk mencapai tujuannnya. Sedangkan, teori konflik
menganggap bahwa dalam suatu masyarakat tidak akan lepas dari konflik. Karena
salah satu penyebabnya adalah adanya perbedan kepentingan antar individu maupun
kelompok. Oleh karena itu, kasus diatas akan terus ada selama adanya perbedaan
kepentingan antar individu maupun kelompok.
0 komentar:
Posting Komentar