Jumat, 10 Mei 2013

ANALISA KASUS MAGI

TUGAS SOSIOLOGI AGAMA
“ANALISA FENOMENA MAGI”


Disusun Oleh:
ILHAM           (F1A011048)

 KEMENTRIAN  PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
                                                PURWOKERTO
2013



Minggu, 31 Maret 2013 | 00:01:25 WITA | 736 HITS
Kiwil Dicurigai Gunakan Pelet demi Istri Ketiga


Kiwil
PERNIKAHAN Kiwil dengan wanita bernama Marlina terus mengundang kontroversi. Tak hanya karena pernikahan itu merupakan yang ketiga buat Kiwil, tapi juga karena pelawak tersebut dituding menggunakan pelet untuk menarik hati Marlina.
"Lina kenal Kiwil enam bulan lalu. Sejak itu Lina berubah, agak pendiam, padahal dulunya orangnya rame," kata Asya Parera, sepupu Marlina di Jakarta, Sabtu (30/3).
Asya juga mengaku tak tahu bahwa Kiwil dan Marlina punya hubungan khusus. Meski demikian, kata Asya, Marlina sempat bercerita atau bertanya tentang Kiwil.
"Gue juga enggak tahu kalau akhirnya bakal begini (menikah, red). Mungkin dipelet kali ya karena enggak mungkin temen gue cantik gitu milih Kiwil," ujarnya.
Asya menceritakan, Kiwil dan Lina pertama kali bertemu dalam sebuah acara tujuh bulan lalu. Saat itu Kiwil mengisi lawakan, sementara Lina -sapaan Marlina- sebagai penyanyi pada acara yang sama.
"Nah satu bulan dari situ Lina mulai berubah. Mungkin dari situ Dia ke Dukun Sukabumi kali," kata Asya.

Analisa fenomena tersebut :
            Melihat kasus-kasus yang terjadi pada zaman sekarang memang memiliki makna yang sangat menarik apabila kita pelajari dengan seksama. Seperti yang bisa kita amati, misalnya dalam masyarakat sekarang yang cenderung dikatakan sebagai masyarakat yang “modern” pun masih ada banyak fenomena-fenomena yang tidak mencerminkan masyarakat modern itu sendiri. Misalnya pelet, santet, sihir, tenung dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi menarik bagi kita semua untuk mencari tahu jawaban dari adanya fenomena tersebut. Dengan kita merasa bahwa hal semacam itu merupakan sesuatu yang tidak nampak dan tidak logis memang benar. Namun, apakah kita dapat mendefinisikan fenomena tersebut? Apakah kita tahu asal mula fenomena tersebut? Lalu, Apa motif seseorang melakukan kegiatan tersebut? Tentu saja kita tidak akan tahu kalau kita cuma mengamini dan tanpa mempelajari kajian yang membahas tentang fenomena-fenomena sosial yang ada dalam masyarakat yang berkaitan dengan masalah agama.
            Jika kita kaitkan kasus di atas yang dialami oleh Kiwil. Maka, dapat kita ketahui bahwa seorang “artis” pun masih percaya kepada hal-hal di luar nalar manusia. Memang dalam sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki keyakinan bahwa kasus seperti pelet, santet, sihir itu memang ada dan sudah tidak asing lagi. Karena banyak kasus yang dianggap oleh masyarakat dan penyebab utamanya berasal dari kegiatan-kegiatan tersebut. Banyak orang yang mengagung-agungkan dukun santet dan dukun pelet. Sedangkan, mereka melupakan ajaran agama yang melarang kepada penganut ajaran agama misalnya Agama Islam melarang untuk berbuat jahat pada orang lain dengan cara apapun.
            Semua perbuatan manusia pada dasarnya didasarkan atas suatu kebutuhan yang harus mereka penuhi dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan cara yang salah dan ada juga yang menggunakan cara yang benar. Semua tergantung pada individu masing-masing. Misalnya mendatangkan pawang hujan untuk memindahkan hujan, meminta bantuan dukun untuk mendapatkan cinta seseorang, meminta bantuan pada cincin agar tahan pukul, meminta bantuan dukun untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan masih banyak contoh lain yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Setelah mengetahui sedikit penjelasan di atas, sudahkah kita dapat mendefinisikan fenomena apakah yang sesungguhnya telah mengakar pada masyarakat sekarang ? Apa solusi yang kita harus lakukan? Bagaimana teori sosiologi menjelaskan fenomena tersebu. Banyak hal yang belum kita ketahui walaupun kita sudah mengamini dan mempercayai kalau semua itu ada.


Apakah definisi yang sebenarnya dari fenomena yang terjadi pada kasus di atas ?
Dalam masyarakat sekarang masih sering memberdayakan hal-hal yang bersifat rasional untuk mendapatkan sesuatu hal yang bersifat irrasional inilah jawaban dari berbagai fenomena di atas yang disebut dengan istilah magi. Banyak orang yang memakai cara yang tidak logis dalam mencapai tujuannya. Misalnya meminta bantuan pada pawang hujan untuk memindahkan hujan. Magi dapat dibedakan berdasarkan tujuan, ada yang digunakan untuk hal-hal kebaikan dan ada juga yang digunakan untuk hal-hal kejahatan. Magi yang digunakan untuk hal-hal kebaikan disebut dengan istilah white magic. Misalnya seorang Kyai mengobati orang yang disantet orang lain. Sedangkan, yang digunakan untuk hal-hal kejahatan disebut dengan istilah black magic. Misalnya, seorang meminta bantuan pada dukun untuk menyantet orang lain, memelet orang lain, melakukan pesugihan di tempat-tempat keramat dan sebagainya. Jadi, kasus di atas jelas merupakan fenomena magi.


Bagaimanakah asal mula dari  magi ?
Magi berasal dari perkataan Yunani “mageia” artinya perbuatan ajaib yang dilakukan golongan imam dari para ahli magi itu. Dalam bahasa Indonesia ada banyak kata untuk magi yaitu ilmu sihir, ilmu gaib, jampi dan sebagainya. Magi muncul ketika keadaan alam tidak mengakodasi kebutuhan orang-orang primitif. Sehingga, orang primitive berusaha berfikir untuk bisa memahami dunia dan merubahnya.
Magi merupakan kepercayaan yang sudah lama dianut oleh manusia karena dianggap mampu memberikan kemudahan atau pertolongan dalam mencapai tujuan seseorang. Tujuan tersebut bisa berupa tujuan baik maupun tujuan jahat tergantung dari individu itu sendiri. Tetapi, pada kenyataanya masyarakat mengartikan magi lebih cenderung untuk hal-hal yang jahat. Padahal, belum tentu begitu. Karena banyak hal positif yang dapat dilakukan dari magi.


Apa solusi yang harus kita lakukan dari adanya kasus yang berkaitan dengan magi ?
Berbicara tentang magi dalam melihat kasus-kasus sekarang memang sangat berkaitan. Misalnya kasus yang lagi cetar membahana adalah kasus Eyang Subur, kasus Kiwil dan banyak kasus lainnya. Menjelaskan kasus tersebut memang sesuatu yang irrasional dan perlu pembuktian yang logis. Karena kasus diatas merupakan hal yang “tidak logis”. Lalu, apakah kasus tersebut  bisa dikenai hukuman apa tidak?
Memang dalam menangani kasus-kasus seperti itu butuh undang-undang khusus dari pemerintah. Rancangan undang-undang yang telah dibuat pun mengalami pro dan kontra. Tetapi, saya sangat setuju jika ada suatu undang-undang yang mengatur hal tersebut. Karena perbuatan seperti itu merugikan orang lain.


Teori Sosiologi Dalam Memandang Fenomena Magi
Dalam hal ini ada dua teori yang dapat memberi penjelasan mengapa fenomena magi masih ada sampai era sekarang ini. Kedua teori tersebut yaitu teori structural fungsional dan teori konflik. Seperti yang kita ketahui bahwa menurut perspektif dari teori structural fungsional yang asumsi dasarnya adalah memandang masyarakat sebagai sistem yang mencari keseimbangan. Jadi, fenomena magi akan terus ada setiap kali seseorang tidak mampu mencari jalan lain untuk mencapai “keseimbangan” dalam mengatasi masalah yang menimpanya tanpa ada usaha yang lebih pasti dan kecenderungannya menggunakan cara-cara yang irrasional untuk mencapai tujuannnya. Sedangkan, teori konflik menganggap bahwa dalam suatu masyarakat tidak akan lepas dari konflik. Karena salah satu penyebabnya adalah adanya perbedan kepentingan antar individu maupun kelompok. Oleh karena itu, kasus diatas akan terus ada selama adanya perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About